Minggu, 26 Juli 2015

Novel perjalanan Stiven Look. Bagian pertama : MUSIM GUGUR


  
Terlihat keringat bercucuran dari badan yang rentah sambil memegang cangkul dan menggerutu dengan kawan sebayanya. “kamu mau tandur apa supri ?”. (tandur): kegiatan menanam yang biasa dilakukan oleh orang jawa.
entahlah ded” sambil menunjukan wajah kusut supri menjawab pertanyaan dedy yang ditujukan kepadanya. “kamu sendiri mau tanam apa ?”.
Dedy : “Kalau aku akan menunggu ramalan dari anak muda itu saja, selama ini warga desa selalu menuruti nasehatnya dan selalu untung besar dalam panen”.
Terlihat dari kejauhan telah datang segerombolan anak laki-laki yang pulang dari sekolah. Tergambar senyum di wajah kedua lelaki yang mengembang setelah melihat dari dekat ternyata anak laki-laki yang bernama Stiven Look berada diantara anak-anak tersebut.

“Hoyyyy nak” sambil berteriak kedua lelaki itu memanggil anak yang bernama stiven look tersebut.
“Waaaahhhh paman, mau ke lading ya?, ada apa?”.  Jawab stiven look sambil tersenyum
“emmmm ini nak kami para petani masih kebingungan mau menanam apa”
“wortel, dengan masa pertumbuhanya hanya membutuhkan waktu 8 hari. Petani akan bias memanen 3 kali dalam satu bulan pada musim gugur ini.” Sahut pemuda itu menyela omongan kedua paman tadi.
“Wahhhh seperti yang diharapkan dari peramal sepetimu nak” kata pak dedy sambil bergegas menginformasikan kepada warga apa yang harusnya ditanam di lading mereka.
“hey stive, bagaimana kau bisa yakin dengan prediksimu kalau warga akan untung besar hanya dengan menanam wortel?.” Sambil terlihat berpikir salah satu teman stive bertanya kepadanya.
Sambil tersenyum Stiven Look menjawab pertanyaan tersebut dalam pikiranya. “apa kalian tidak tau kalau bulan depan Negara kita berencana mengimpor sayur-sayuran dari luar negri. Dengan status impor maka sudah pasti harganya akan lebih mahal karena mereka terbelenggu pajak dan barang yang dihasilkan akan berkurang kesegaranya. Dengan melihat semua itu aku yakin panen wortel dai desa kita dan desa-desa tetangga akan mendapat labah besar.”
Satu minggu berlalu sesuai prediksi, warga memulai memanen wortel dan tepat seperti apa yang dipikirkan pemuda itu, warga benar-benar untung besar dalam panen wortel mereka. Stive pun terlihat senang dengan prediksinya yang berhasil seratus persen sesuai apa yang dipikirkanya. Memang dalam 3 tahun belakangan ini warga tidak pernah gagal panen semenjak kedatangan pemuda itu. Pemudah yang sangat teliti, dengan otak yang cerdas dan pemikiran yang cemerlang.
“tok..tok…tok…” terlihat kepala desa mengetuk pintuh rumah pemuda yang bernama stive tersebut.
Pintu terbuka dengan penghuni yang menunjukan wajah berkarisma seperti biasa. “wahh, kepala desa, silahkan masuk” seruh pemuda itu mempersilahkan kepala desa untuk masuk kedalam rumahnya.
“nak, sekarang kamu sudah lulus dari sekolah, apa benar kata teman-temanmu kau akan pergi keluar negri untuk mencari ayahmu dan bersekolah disana?”. Kepala desa bertanya dengan wajah yang sedih.
“ohh, itu, iya pak, saya ingin mencari ayah saya, sebelum nenek meninggal nenek sempat bilang kalau ayah berada di italia. Namun nenek tidak pernah tau alamat pastinya dimana dan saya hanya diberi beberapa lembar foto sebelum ayah pergi dari desa ini.” Stive menjawab pertanyaan kepala desa sambil menjelaskan maksud dan tujuanya.
Dengan prestasinya yang cemerlang Stiven Look diberi penghargaan pelajar terbaik di tingakat SMA dan bisa memilih sekolah dimanapun diseluruh dunia dengan rekomendasi menteri pendidikan. Stiven look berencana mencari pengalaman baru di italia sekaligus ingin menemukan ayahnya yang telah lebih dulu pergi merantau saat dia masih bayi.  
Mungkin kepergian stiven look akan diiringi dengan kesedihan warga desa. Selama ini Stiven Look dikenal sebagai pemuda yang ramah dengan gaya yang elegan yang selalu menunjukan bakatnya dalam menganalisis sesuatu. Stiven look sejak kecil selalu bercita-cita menjadi detective yang hebat yang dikenal diseluruh penjuru dunia.
Hari mulai sore stiven Look sedang berjalan-jalan dipasar tradisional di daerah setempat. “Brakkkkkkkkkkkkkk” terdengan ada sebuah kecelakaan yang terjadi di sudut jalan. Stiven Look langsung berlari bergegas memeriksa apa yang terjadi. Ternyata benar ada sebuah insiden kecelakaan antara pengguna motor dan saat ini telah ditangani oleh polisi. Terlihat kedua pengemudi saling menyalahkan dengan marah-marah. Polisi melerai dan segerah menyeet mereka berdua ke posko untuk menjalani pemeriksaan karena kedua pengemudi sama-sama mengalami patah tulang kaki dan tangan.
“hoyyy boca,” terlihat seorang polisi memanggil stive yang merasa kebingungan.
“Ahh apa bapak memanggil saya?” Tanya stive sambil melihatkan wajah yang bingung.
“Ápakah kau bisa membantuku sekali lagi untuk menyelesaikan kasus ini, tentunya jika kau tidak keberatan,” seruh polisi tersebut berbicara kepada stive dengan nada yang memohon.
Stiven Look masih terlihat bingung dan mengingat-ingat apakah dia mengenal pak polisi tesebut.
“hoyy bocah, apakah kau sudah lupa padaku, aku yang waktu itu kau bantu dalam kasus pembunuhan sekertaris hotel tempat kau menghinap saat acara pentas seni yang diadakan oleh sekolahmu di hotel mahkota” saut polisi itu menyambung perkataanya.
“ohhh waktu itu ya, iya saya ingat. Jadi anda adalah polisi yang bertugas pada waktu itu.” Stive menjawab dengan malu-malu. “memangnya ada kasus apa pak”?  lanjut stive bertanya.
“ini kasus kecelakaan mereka berdua adalah korban sekaligus pelaku kecelakaan, mereka sama-sama mengalami luka serius dan saling menyalahkan. Dengan sepeda beat pak santo mengendarai sepeda dari arah timur yang sedang berbelok ke kanan di tikungan depan sana. Sedangkan pengendara yang satunya pak sihan mengendarai sepeda supra sedang berbelok ke kiri dari arah utara di tikungan yang sama. Pak sihan mengatakan kalau pak santo waktu itu tidak menyalakan lampu sepedanya sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas datangnya sepeda yang dikendarai oleh pak santo. Pak santo sendiri mengatakan bahwa lampu sepedanya menyala sejak dia berangkat dari ruma bahkan dia juga sudah menyalakan tanda akan berbelok. Pak sihan membantah kalau pak santo baru saja menyalahkan lampunya sesaat setelah kecelakaan terjadi.” Pak polisi menjelaskan kejadian di TKP.
“sebentar ya pak,” Stive berlari keluar dan kelihatanya dia bergegas memeriksa lokasi kejadian dan kedua sepeda motor.
“pak sihan, bapak saya nyatakan bersalah dalam kasus ini” dngan menunjuk pak sihan stive mengatakan dengan lantang dan membuat semua orang dikantor tercengang.
“A..apa yang kau katakana anak muda” pak sihan terlihat terkejut dan mengelak.
“pertama: anda sudah berbohong dengan mengarang cerita bahwa lampu sepeda pak santo tidak menyala dan pak santo baru menyalakanya sesaat setelah kejadian terjadi, ternyata setelah aku periksa saya berani memastikan kalau lampu sepeda pak santo sudah menyala sejak dia dari rumahnya, tadi saya sudah Tanya kepada pak santo dan dia bilang jarak rumahnya 30 kilo dari sini, dengan jarak itu otomatis kondisi lampu akan terasa hangat saat ini. Sebaliknya saat saya memerikasa lampu sepeda milik anda kenapa keadaanya biasa saja dan tidak terasa panas seperti layaknya sepeda yang sudah menyalahkan lampunya dengan waktu yang lama. Jangan-jangan andalah orang yang baru menyalakan lampu sesaat setelah kejadian.” Stiven Look menjabarkan analisisnya dengan gaya mendesak pak sihan untuk mengakui kesalahanya.
“Jangan bercanda, aku tidak berbohong  kok, aku tadi benar-benar melihat pak santo baru menyalakan lampunya sesaat setelah kejadian.” Terlihat pak sihan masih mengelak.
“baiklah akan aku perjelas sesuatu yang anda lupakan dalam berbohong dikasus ini” terlihat stiven Look percaya diri.
“hahh sesuatu yang dilupakan?”… terdengar serentak semua orang yang diruangan tesebut menggumam.
“yaaa.. pak sihan lupa kalau sepeda motor Beat yang dikendarai oleh pak santo adalah Beat keluaran terbaru, dan itu artinya Beat yang dikendarai pak santo adalah Beat yang lampu sorotnya menyala dengan otomatis saat sepeda dinyalakan,…selesai”. Terlihat wajah Stiven Look sangat puas menjabarkan analisisnya yang kedua.
“Hahhh … benar juga, kenapa kita tidak menyadarinya ya?” para polisi terdengar berbicara.
“wahhhh benar-benar boca yang teliti sama seperti waktu itu, Baiklah sudah diputuskan kalau pak sihan adalah yang bersalah dalam kasus ini dan akan dikenakan pasal tambahan terkait berbohong dan menuduh.” Sahut pak kepala polisi dengan puas…

Musim gugur kali ini menjadi musim gugur terakhir bagi Stiven Look, setelah ini dia akan berangkat ke Italia untuk mendapatkan pengalaman yang baru dan mencari ayahnya. Dan juga untuk menjadi detective terkenal di seluruh dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar